Radio Satelit: Sebening Kristal di Tengah Lautan
Kini bukan jamannya lagi mendengarkan siaran Prambors di Jakarta harus ke Jakarta. Dengan radio satelit layanan WorldSpace, radio yang memancarkan siarannya dari daerah Menteng itu bisa didengar di hampir seluruh benua Asia maupun Afrika.
Salah satu keterbatasan radio adalah jangkauan pancaran siarannya. Dalam era global seperti sekarang ini, hal itu menjadi kontradiktif. Sebab radio juga merupakan media penyampai informasi. Mereka yang demen nguping radio kesayangannya menjadi gregetan manakala harus meninggalkan kota kesayangannya. Meski gaya hidup global, toh selera lokal tak bisa dihilangkan begitu saja. Memang, ada gelombang pendek yang bisa memperluas cakupan gelombang yang dipancarkan. Akan tetapi, kualitas suaranya tidak bisa dijamin.
Upaya untuk memperluas cakupan itu mau tidak mau, ya, membuat setinggi mungkin menara antena pemancar radio. Ada segi untungnya, misalnya, menara itu bisa menjadi landmark bagi daerah itu. Hanya saja, kendala menara seperti itu, selain mahal, tidak bisa dibuat setinggi mungkin (ratusan meter) karena bisa mengurangi daya transmisi.
Sebenarnya alam sudah menyiapkan tempat tinggi, yakni gunung. Masalahnya, apa iya mau membangun pemancar di pucuk gunung? Yang bener aja. Kemudian seiring dengan maraknya pembangunan gedung-gedung jangkung, pemancar ditempatkan di lantai paling atas. Toh, daya pancar masih tetap terbatas.
Lalu, muncullah Internet sebagai media baru yang cakupannya seluruh permukaan Bumi. Asalkan ada jaringan telepon dan peranti lunak untuk menjalankan content audio, seperti RealPlayer. Beberapa stasiun radio pun ramai-ramai membuka situs dan bahkan melakukan siaran langsung.
Di Indonesia tidak saja radio dari Jakarta (Hard Rock 87.6 FM, Radio A 96.7 FM, Sonora 100.9 FM, Prambors Rasisonia 102.3 FM) saja yang go Internet. Dari Bandung muncul Ardan 105.8 FM dan OZ 103 FM; Surabaya ada Mercury 96 FM, Salvatore 97.75 FM, Suara Surabaya 100.55 FM, dan SCFM 104.75 FM; Semarang RCTFM 100.9 FM, Gajahmada 102.6 FM; serta Medan dengan Kiss 104.75 FM. Masalahnya, kualitas suara tidak bisa konstan karena tergantung saluran telepon.
Alternatif terakhir untuk saat ini adalah menggunakan satelit. Memang masih ada kendala, yakni radio penerimanya harus cukup sensitif. Selain itu biaya infrastrukturnya juga sangat mahal. Kasus telepon satelit Iridium yang gagal total bisa menjadi cermin.
Akan tetapi, soal kualitas suara tak diragukan lagi. Pionir untuk radio satelit ini bisa disebut WorldSpace (www.worldspace.com). Siaran radio satelit ini bertumpu pada teknologi digital dan satelit berkekuatan besar
www.indomedia.com